BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Pages

Kertha Gosha

Senin, 22 Agustus 2011 03.37 Diposting oleh yuli hirayanti 0 komentar

Sebagai bekas kerajaan, wajar jika Klungkung mempunyai banyak peninggalan yang saat ini menjadi objek wisata. Salah satunya adalah Taman Gili Kerta Gosa, peninggalan budaya kraton Semarapura Klungkung. Kerta Gosa adalah suatu bangunan (bale) yang merupakan bagian dari bangunan komplek kraton Semarapura dan telah dibangun sekitar tahun 1686 oleh peletak dasar kekuasaan dan pemegang tahta pertama kerajaan Klungkung yaitu Ida I Dewa Agung Jambe.


Kerta Gosa terdiri dari dua buah bangunan (bale) yaitu Bale akerta Gosa dan Bale Kambang. Disebut Bale Kambang karena bangunan ini dikelilingi kolam yaitu Taman Gili. Keunikan Kerta Gosa dengan Bale Kambang ini adalah pada permukan plafon atau langit-langit bale ini dihiasi dengan lukisan tradisional gaya Kamasan (sebuah desa di Klungkung) atau gaya wayang yang sangat populer di kalangan masyarakat Bali. Pada awalnya, lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan itu terbuat dari kain dan parba. Baru sejak tahun 1930 diganti dan dibuat di atas eternit lalu direstorasi sesuai dengan gambar aslinya dan masih utuh hingga sekarang. Sebagai peninggalan budaya Kraton Semarapura, Kerta Gosa dan Bale Kambang difungsikan untuk tempat mengadili perkara dan tempat upacara keagamaan terutama yadnya yaitu potong gigi (mepandes) bagai putra-putri raja.


Fungsi dari kedua bangunan terkait erat dengan fungsi pendidikan lewat lukisan-lukisan wayang yang dipaparkan pada langit-langit bangunan. Sebab, lukisan-lukisan tersebut merupakan rangkaian dari suatu cerita yang mengambil tema pokok parwa yaitu Swargarokanaparwa dan Bima Swarga yang memberi petunjuk hukuman karma phala (akibat dari baik-buruknya perbuatan yang dilakukan manusia selama hidupnya) serta penitisan kembali ke dunia karena perbuatan dan dosa-dosanya. Karenanya tak salah jika dikatakan bahwa secara psikologis, tema-tema lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan Kerta Gosa memuat nilai-nilai pendidikan mental dan spiritual. Lukisan dibagi menjadi enam deretan yang bertingkat.


Deretan paling bawah menggambarkan tema yang berasal dari cerita Tantri. Dereta kedua dari bawah menggambarkan tema dari cerita Bimaswarga dalam Swargarakanaparwa. Deretan selanjutnya bertemakan cerita Bagawan Kasyapa. Deretan keempat mengambil tema Palalindon yaitu ciri atau arti dan makna terjadinya gempa bumi secara mitologis. Lanjutan cerita yang diambil dari tema Bimaswarga terlukiskan pada deretan kelima yang letaknya sudah hampir pada kerucut langit-langit bangunan. Di deretan terakhir atau keenam ditempati oleh gambaran tentang kehidupan nirwana. Selain di langit-langit bangunan Kerta Gosa, lukisan wayang juga menghiasi langit-langit bangunan di sebelah barat Kerta Gosa yaitu Bale Kambang. Pada langit-langit Bale Kambang ini lukisan wayang mengambil tema yang berasal dari cerita Kakawin Ramayana dan Sutasoma. Pengambilan tema yanga berasal dari kakawin ini memberi petunjuk bahwa fungsi bangunan Bale Kambang merupakan tempat diselenggarakannya upacara keagamaan Manusa Yadnya yaitu potong gigi putra-putri raja di Klungkung. Daya tarik dari Kerta Gosa selain lukisan tradisional gaya Kamasan di Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang, peninggalan penting lainnya yang masih berada di sekitarnya dan tak dapat dipisahkan dari segi nilai sejarahnya adalah pemedal agung (pintu gerbang/gapura). Pemedal Agung terletak di sebelah barat Kerta Gosa yang sangat memancarkan nilai peninggalan budaya kraton. Pada Pemedal Agung ini terkandung pula nilai seni arsitektur tradisional Bali. Gapura inilah yang pernah berfungsi sebagi penopang mekanisme kekuasaan pemegang tahta (Dewa Agung) di Klungkung selama lebih dari 200 tahun (1686-1908).


Pada peristiwa perang melawan ekspedisi militer Belanda yang dikenal sebagai peristiwa Puputan Klungkung pada tanggal 28 April 1908, pemegang tahta terakhir Dewa Agung Jambe dan pengikutnya gugur. (Rekaman peristiwa ini kini diabadikan dalam monumen Puputan Klungkung yang terletak di seberang Kerta Gosa). Setelah kekalahan tersebut bangunan inti Kraton Semarapura (jeroan) dihancurkan dan dijadikan tempat pemukiman penduduk. Puing tertinggi yang masih tersisa adalah Kerta Gosa, Bale Kambang dengan Taman Gili-nya dan Gapura Kraton yang ternyata menjadi objek yang sangat menarik baik dari sisi pariwisata maupun kebudayaan terutama kajian historisnya.




Kerta Gosa ternyata juga pernah difungsikan sebagai balai sidang pengadilan yaitu selama berlangsungnya birokrasi kolonial Belanda di Klungkung (1908-1942) dan sejak diangkatnya pejabat pribumi menjadi kepala daerah kerajaan di Klungkung (Ida I Dewa Agung Negara Klungkung) pada tahun 1929. Bahkan, bekas perlengkapan pengadilan berupa kursi dan meja kayu yang memakai ukiran dan cat prade masih ada. Benda-benda itu merupakan bukti-bukti peninggalan lembaga pengadilan adat tradisional seperti yang pernah berlaku di Klungkung dalam periode kolonial (1908-1942) dan periode pendudukan Jepang (1043-1945). Pada tahun 1930, pernah dilakukan restorasi terhadap lukisan wayang yang terdapat di Kerta Gosa dan Bale Kambang oleh para seniman lukis dari Kamasan. Restorasi lukisan terakhir dilakukan pada tahun 1960.




Desa Sebatu dan Pujung

03.32 Diposting oleh yuli hirayanti 0 komentar

Desa Sebatu terletak di sebelah Utara Desa Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, sedangkan Banjar atau Dusun Pujung termasuk wilayah Desa Sebatu. Dari desa Peliatan, arah Desa Sebatu adalah ke Utara, dan di lokasi itulah banyak sekali para pematung yang di sepanjang jalan ngobrol sambil tangan mereka sibuk mengukir kayu dengan pisau kecil. Dan di Desa Sebatu terletak di sebelah Utara Desa Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, sedangkan Banjar atau Dusun Pujung termasuk wilayah Desa Sebatu. Dari desa Peliatan, arah Desa Sebatu adalah ke Utara, dan di lokasi itulah banyak sekali para pematung yang di sepanjang jalan ngobrol sambil tangan mereka sibuk mengukir kayu dengan pisau kecil. Dan di Desa Adat Sebatu ini terdapat sebuah Pura Gunung Kawi Sebatu.


Desa Sebatu dan Pujung banyak dikunjungi oleh para wisatawan Mancanegara maupun Nusantara dan tujuan mereka adalah untuk melihat serta membeli hasil-hasil kerajinan masyarakat yang berupa pohon pisang, buah-buahan, bunga-bungaan, patung antik, patung Garuda dan lain-lainnya yang terbuat dari kayu. Di wilayah Desa Sebatu banyak ditemui bukti-bukti kekunaan. Bukti-bukti tersebut diantaranya adalah Lingga di beberapa pura, upacara-upacara yang tidak memakai Pedanda, dan juga tidak adanya Padmasana pada pura-pura di lingkungan wilayah desa ini. Nama Sebatu sendiri telah dikaitkan dengan cerita yang termuat dalam lontar Usana Bali yaitu cerita Mayadenawa. Ketika terjadi peperangan antara Mayadenawa dan Betara Indra, pada saat Mayadenawa telah mengalami kekalahan ia menarik diri ke Utara. Mungkin karena kepayahan, sementara musuh tetap mengejar, terpelesetlah kakinya pada sebuah batu. Dalam bahasa Bali terpeleset berarti nyauh atau sauh. Karena terpeleset pada batu, kemudian tempat ini diberi nama Sauh Batu. Karena dengan berkembangnya masa kata Sauh Batu diubah menjadi Sebatu. Desa Sebatu dan Pujung banyak dikunjungi oleh para wisatawan Mancanegara maupun Nusantara dan tujuan mereka adalah untuk melihat serta membeli hasil-hasil kerajinan masyarakat yang berupa pohon pisang, buah-buahan, bunga-bungaan, patung antik, patung Garuda dan lain-lainnya yang terbuat dari kayu. Di wilayah Desa Sebatu banyak ditemui bukti-bukti kekunaan. Bukti-bukti tersebut diantaranya adalah Lingga di beberapa pura, upacara-upacara yang tidak memakai Pedanda, dan juga tidak adanya Padmasana pada pura-pura di lingkungan wilayah desa ini. Nama Sebatu sendiri telah dikaitkan dengan cerita yang termuat dalam lontar Usana Bali yaitu cerita Mayadenawa. Ketika terjadi peperangan antara Mayadenawa dan Betara Indra, pada saat Mayadenawa telah mengalami kekalahan ia menarik diri ke Utara. Mungkin karena kepayahan, sementara musuh tetap mengejar, terpelesetlah kakinya pada sebuah batu. Dalam bahasa Bali terpeleset berarti nyauh atau sauh. Karena terpeleset pada batu, kemudian tempat ini diberi nama Sauh Batu. Karena dengan berkembangnya masa kata Sauh Batu diubah menjadi Sebatu. Desa Sebatu terletak di sebelah Utara Desa Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, sedangkan Banjar atau Dusun Pujung termasuk wilayah Desa Sebatu. Dari desa Peliatan, arah Desa Sebatu adalah ke Utara, dan di lokasi itulah banyak sekali para pematung yang di sepanjang jalan ngobrol sambil tangan mereka sibuk mengukir kayu dengan pisau kecil. Dan di Desa Adat Sebatu ini terdapat sebuah Pura Gunung Kawi Sebatu. Desa Sebatu dan Pujung banyak dikunjungi oleh para wisatawan Mancanegara maupun Nusantara dan tujuan mereka adalah untuk melihat serta membeli hasil-hasil kerajinan masyarakat yang berupa pohon pisang, buah-buahan, bunga-bungaan, patung antik, patung Garuda dan lain-lainnya yang terbuat dari kayu. Di wilayah Desa Sebatu banyak ditemui bukti-bukti kekunaan. Bukti-bukti tersebut diantaranya adalah Lingga di beberapa pura, upacara-upacara yang tidak memakai Pedanda, dan juga tidak adanya Padmasana pada pura-pura di lingkungan wilayah desa ini. Nama Sebatu sendiri telah dikaitkan dengan cerita yang termuat dalam lontar Usana Bali yaitu cerita Mayadenawa. Ketika terjadi peperangan antara Mayadenawa dan Betara Indra, pada saat Mayadenawa telah mengalami kekalahan ia menarik diri ke Utara. Mungkin karena kepayahan, sementara musuh tetap mengejar, terpelesetlah kakinya pada sebuah batu. Dalam bahasa Bali terpeleset berarti nyauh atau sauh. Karena terpeleset pada batu, kemudian tempat ini diberi nama Sauh Batu. Karena dengan berkembangnya masa kata Sauh Batu diubah menjadi Sebatu. Desa Sebatu terletak di sebelah Utara Desa Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, sedangkan Banjar atau Dusun Pujung termasuk wilayah Desa Sebatu. Dari desa Peliatan, arah Desa Sebatu adalah ke Utara, dan di lokasi itulah banyak sekali para pematung yang di sepanjang jalan ngobrol sambil tangan mereka sibuk mengukir kayu dengan pisau kecil. Dan di Desa Adat Sebatu ini terdapat sebuah Pura Gunung Kawi Sebatu. Desa Sebatu dan Pujung banyak dikunjungi oleh para wisatawan Mancanegara maupun Nusantara dan tujuan mereka adalah untuk melihat serta membeli hasil-hasil kerajinan masyarakat yang berupa pohon pisang, buah-buahan, bunga-bungaan, patung antik, patung Garuda dan lain-lainnya yang terbuat dari kayu. Di wilayah Desa Sebatu banyak ditemui bukti-bukti kekunaan.

Bukti-bukti tersebut diantaranya adalah Lingga di beberapa pura, upacara-upacara yang tidak memakai Pedanda, dan juga tidak adanya Padmasana pada pura-pura di lingkungan wilayah desa ini. Nama Sebatu sendiri telah dikaitkan dengan cerita yang termuat dalam lontar Usana Bali yaitu cerita Mayadenawa. Ketika terjadi peperangan antara Mayadenawa dan Betara Indra, pada saat Mayadenawa telah mengalami kekalahan ia menarik diri ke Utara. Mungkin karena kepayahan, sementara musuh tetap mengejar, terpelesetlah kakinya pada sebuah batu. Dalam bahasa Bali terpeleset berarti nyauh atau sauh. Karena terpeleset pada batu, kemudian tempat ini diberi nama Sauh Batu. Karena dengan berkembangnya masa kata Sauh Batu diubah menjadi Sebatu.





Pantai Lovina Bali

Sabtu, 20 Agustus 2011 03.59 Diposting oleh yuli hirayanti 0 komentar

Lovina terletak di Bali Utara di pesisir utara Pulau Bali tepatnya sekitar 10 km arah barat Singaraja. Pantai Lovina berada di Desa Kalibukbuk, Kabupaten Buleleng, Bali. Karena itu, kadang orang menyebutnya sebagai kawasan wisata Kalibukbuk. Pantai Lovina yang berpasir hitam ini masih alami sehingga menarik dikunjungi. Yang menarik di Pantai Lovina adalah perjalanan ke tengah laut di perairan Lovina. Anda dapat menjumpai lumba-lumba di perairan Lovina yang terletak sekitar 1 kilometer dari bibir pantai. Laut Bali yang berada di perairan Lovina relatif tenang sehingga Anda bisa berwisata di laut tersebut dengan menggunakan perahu nelayan.


Lumba-Lumba

Kawasan Lovina terkenal sebagai tempat untuk menyaksikan pertunjukkan lumba-lumba liar. Anda dapat langsung menyaksikan tingkah laku yang lucu dan bersahabat dari lumba-lumba langsung di tengah laut. Tentu ini akan menjadi pengalaman liburan yang menarik untuk Anda. Di kawasan Lovina terdapat ratusan ekor lumba-lumba. Untuk bisa melihat atraksi lumba-lumba liar, Anda harus berangkat pagi sekali saat matahari akan terbit. Karena lumba-lumba di kawasan ini hanya muncul antara pukul 6 pagi hingga 8 pagi. Pada jam itu, puluhan lumba-lumba akan beratraksi secara alami menunjukkan kegiatan mereka. Ada yang sekadar berenang di permukaan air, ada juga yang melompat-lompat. Tentu hal ini akan membuat takjub akan keindahan binatang laut berwarna hitam tersebut.

Biasanya para wisatawan sudah berkumpul di pantai sekitar pukul 5.30 WITA untuk berangkat ke tengah laut. Anda bisa menyewa perahu nelayan yang memang disediakan untuk perjalanan tersebut. Perjalanan dimulai dengan menggunakan perahu kecil yang hanya bisa mengangkut maksimal 4 orang selain sang nelayan. Perahu akan membawa Anda sekitar satu hingga dua kilometer ke arah tengah laut ke tempat biasanya lumba-lumba akan muncul.

Selama perjalanan, Anda bisa melihat-lihat pemandangan laut yang luas dan seraya perahu menjauhi daratan, Anda bisa melihat daratan Lovina dari kejauhan seperti siluet. Setelah sampai di tengah laut, sang nelayan akan menyusuri ke tempat biasanya lumba-lumba akan muncul. Dan apabila ada sekelompok lumba-lumba yang melompat, sang nelayan akan memberitahu perahu-perahu lain di sekitarnya sehingga perahu-perahu tersebut akan menambah kecepatan untuk mengejar sekelompok lumba-lumba itu.

Tentu anda dapat merekam sewaktu lumba-lumba tersebut berlompatan di tengah laut. Ada juga para wisatawan yang tidak bisa melihat lumba-lumba tersebut. Hal ini tergantung dari faktor alam juga seperti pasangnya air laut, arah angin, dan tentu saja keberuntungan anda untuk dapat melihat lumba-lumba liar tersebut. "Pengejaran" ini akan berlangsung kira-kira 3 jam. Namun, apabila Anda sudah merasa mual karena mabuk laut Anda tidak perlu ragu ragu untuk memberitahu sang nelayan untuk kembali ke daratan. Seraya perjalanan kembali ke daratan, Anda bisa menikmati pemandangan sepanjang pantai Lovina dengan jelas karena matahari sudah bersinar dengan terangnya. Anda juga dapat menikmati wisata taman laut di perairan Lovina.



Taman Laut Lovina

Di kawasan Lovina, Anda juga dapat menyelam atau snorkeling untuk menikmati keindahan laut di pantai tersebut. Anda dapat menjumpai beragam ikan hias yang cukup ramah untuk mendatangi para penyelam. Memang taman laut di Lovina tidak seindah taman laut lainnya di Indonesia. Namun, Anda akan cukup senang bermain-main dengan ikan hias di perairan ini. Di pinggir pantai, Anda juga dapat menemukan berbagai kulit kerang yang beraneka ragam. Tentu Anda bisa mengambilnya untuk koleksi hiasan dan cindera mata yang alami dan menarik.

Transportasi dan Akomodasi di Lovina

Di kawasan Lovina terdapat banyak penginapan dengan harga terjangkau. Ada juga penginapan yang menyediakan atraksi lumba-lumba yang terlatih maupun kebun binatang mini di dalam penginapan tersebut. Anda bisa memilih berbagai penginapan dari penginapan sederhana hingga cottage. Dari Denpasar ke Lovina, Anda bisa melewati Bedugul lalu ke Singaraja dan menuju Lovina. Anda juga bisa melewati rute Bedugul lalu Seririt dan ke Lovina. Anda bisa menempuh perjalanan melewati kedua rute tadi sekitar 2 jam perjalanan. Namun, rutenya melewati jalur yang naik-turun dan berkelok-kelok. Rute lain adalah melewati Gilimanuk lalu ke Lovina yang bisa ditempuh dalam waktu hampir 4 jam. Jalur ini relatif lurus dan nyaman meski membutuhkan waktu perjalanan yang lebih lama. Pantai Lovina tentu bisa menjadi tujuan wisata Anda. Banyak hal menarik yang bisa Anda temui di sini seperti melihat pertunjukkan lumba-lumba liar di tengah laut, maupun taman laut dengan beragam ikan hias. Apalagi jika Anda sedang mengunjungi kawasan Singaraja, maka sempatkan diri Anda mampir ke Lovina dan menginap setidaknya satu hari di sana untuk menyaksikkan atraksi lumba-lumba pada pagi hari.

Kawasan wisata Lovina merupakan kawasan wisata pantai dengan daya tarik utamanya adalah pantai dengan air laut yang tenang dengan pasir berwarna kehitam-hitaman, karang laut dengan ikan-ikannya. Karena sifat lautnya yang tenang, Lovina sangat cocok untuk rekreasi air seperti menyelam, snorkling, berenang, memancing, berlayar, mendayung atau sekedar berendam di air laut. Disamping daya tarik diatas, ada juga ikan lumba-lumba (dolphin) dalam habitat aslinya. Ikan lumba-lumba ini dalam jumlah ratusan dapat dilihat di pagi hari kurang lebih 1 km lepas pantai. Kawasan Lovina sementara ini menjadi pusat tersedianya fasilitas kepariwisataan di Kabupaten Buleleng yaitu berupa akomodasi baik berupa hotel melati, hotel bintang, pondok wisata, restaurant dan fasilitas lainnya yang mendapat kunjungan terbesar dari wisatawan yang berkunjung ke Buleleng menginap di Lovina.



Tidak ada bukti-bukti atau sumber-sumber yang jelas mengenai asal-usul nama Lovina. Berdasarkan keterangan putra-putra almarhum Anak Agung Panji Tisna, keturunan raja Buleleng dan sastrawan yang terkenal, nama Lovina diberikan oleh almarhum atas suatu tempat milik almarhum yang terletak di Desa Kaliasem dimana untuk pertama kali beliau membangun bungalow sebagai tempat peristirahatan. Konon nama Lovina diambil dari nama hotel kecil di India "Lafeina" dimana beliau menginap dan menulis buku dengan judul Ni Ketut Widhi, yang mana buku ini diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Untuk mengenang nama hotel tersebut maka tanah milik almarhum diberi nama Lovina. Tetapi ada juga versi lain, yaitu nama Lovina diberi karena ada 2 pohon yang ditanam oleh putra beliau yang kemudian tumbuh saling mengikat. Dalam hal ini Lovina yang berasal dari bahasa Latin berarti saling mengasihi atau menyayangi. Nama Lovina kemudian oleh Bupati Buleleng, Drs.I Ketut Ginantra, selama masa jabatannya dari tahun 1988 sampai 1993, diartikan sebagai singkatan dari "Love" dan "Ina" yang diartikan sebagai cinta Indonesia.

Hotel Aneka Lovina

Kelas Hotel: boutique


Lokasi: Jalan Kalibukbuk Singaraja Bali


Informasi Hotel:

Aneka Lovina Villa & Hotel adalah sebuah resort di tepi Pantai Lovina yang menawarkan suasana tenang dan sejuk dengan lingkungan asri di sekitarnya. Berlatar belakang pantai berpasir hitam dan laut Jawa, keindahan alam yang menakjubkan ini menjadi daya tarik utama untuk berlibur di Pantai Lovina di Singaraja. Letaknya berada di ujung utara Pulau Bali, dengan jarak tempuh selama 3 jam berkendaraan dari Bandara Ngurah Rai. Aneka Lovina Villa & Hotel melengkapi dirinya dengan fasilitas dan layanan prima. Hotel ini berada di lokasi yang strategis, dengan berbagai pilihan restoran yang menyajikan variasi menu makanan beragam antara masakan Asia juga barat, beberapa bar dan fasilitas turis lainnya. Hotel ini juga dapat mengatur aneka kegiatan liburan Anda selama berada di Lovina. Anda yang ingin menjelajah lebih jauh dapat memesan tur ke air terjun, mata air panas, atau kuil Budha yang berada tak jauh dari lokasi hotel.


Tak hanya suasana alam sekitar yang sepi dan menenangkan, tapi juga suasana dalam Aneka Lovina Villa & Hotel. Bangunan bergaya Bali dan desain yang indah serta cantik menjadi tawaran utama untuk wisatawan yang menginap di sini. Rasakan betapa nyamannya liburan Anda dengan menginap di kamar yang bersih, cantik, dilengkapi dengan perabot berkualitas, dan kesigapan layanan para stafnya untuk memenuhi kebutuhan Anda selama berlibur. Keunikan Aneka Lovina Villa & Hotel dan semua yang ditawarkan kepada wisatawan membuat Anda merasa hotel ini sebagai rumah kedua. Jumlah kamar yang tersedia adalah 59 dengan variasi kategori 24 berupa kamar Standard, dan 35 buah Villa dengan 2 vila memiliki pintu penghubung. Disediakan untuk Anda yang ingin mengajak serta keluarga untuk menghabiskan waktu bersama di pantai Lovina. Setiap ruangan dilengkapi dengan fasilitas seperti penyejuk ruangan, telepon, TV berwarna dengan chanel satelit, kulkas, kamar mandi dengan shower dan bath tub, air panas dan dingin, mini bar dan balkon pribadi.


Aneka jenis menu masakan tersedia di 2 restorannya yaitu di Balimoon Restaurant dan Sea Food Grill Restaurant. Pilihan makanan yang lezat ala barat, Indonesia, dan lainnya atau menu makanan laut yang segar dimasak dengan berbagai cara dan cita rasa dapat dinikmati di sana. Restoran-restoran tersebut berlokasi tak jauh dari pantai dan kolam renang, menyajikan tak hanya makanan lezat namun juga suasana santai dimana anda dapat menikmati saat-saat liburan anda. Aneka Lovina Villa & Hotel juga memiliki Bar dan Pool Bar yang terletak di tepi kolam renang yang menyajikan minuman segar. Selain restoran dan bar, Aneka Lovina Villa & Hotel juga memiliki fasilitas pendukung lainnya seperti kolam renang yang luas dengan pemandangan pantai dan laut jawa, Taman bermain anak dimana anak anda dapat menikmati waktu liburannya dengan aneka mainan yang tersedia serta layanan Spa yang menyediakan perawatan seluruh tubuh di ruangan semi terbuka menghadap ke kolam yang dipenuhi dengan tumbuhan teratai. Biaya Transport: Rp 300.000 dari bandara per orang Apabila anda seorang diri, akan dihitung 2 orang per mobil.

Tipe Kamar Dan Harga


Harga:

Harga per kamar per malam dalam Rp termasuk pajak dan pelayanan

D: jumlah dewasa dalam 1 kamar

EX: 1 tambahan extra bed

AK: tambahan anak-anak diluar extra bed



Desa Adat Penglipuran

03.49 Diposting oleh yuli hirayanti 0 komentar

Di tengah derasnya pertumbuhan pariwisata dan perkembangan perkotaan, suatu daerah di Bali, sebuah pemukiman mampu mempertahankan tradisi berumur ratusan tahun untuk hidup berdampingan dengan gemerlap dunia modern. Itulah Desa Adat Penglipuran. Berlokasi di kabupaten Bangli, sekitar 45 km dari Denpasar, Desa Adat Penglipuran sudah ada sejak 700-an tahun yang lalu, yaitu pada zaman kerajaan Bangli. Penduduk dari daerah Bayung Gede di Kintamani pindah ke tempat desa ini berada sekarang. Nama Penglipuran sendiri berasal dari kata Pengeling Pura yang berarti tempat suci untuk mengingat para leluhur. Segala pengembangan fisik desa dan pengembangan budayanya masih mengacu pada tanah leluhur yang masih ada di Bayung. Bahkan untuk berbagai upacara adat tertentu masih harus memohon restu ke tanah leluhur tersebut.


Desa ini menganut tata ruang dengan konsep trimandala, dibagi ke dalam tiga ruang yang berbeda secara fungsi dan tingkat kesucian, yaitu utama, madya dan nista. Letak ketiga ruang ini membujur dari utara (gunung) ke selatan (laut), dengan jalan desa lurus berundak sebagai poros tengah, memisahkan ruang madya menjadi dua bagian. Di paling utara pada zona utama atau “ruang pada dewa”, berdiri bangunan suci pura bernama Penataran tempat beribadah para penduduk desa. Adapun zona madya atau “ruang manusia” terdapat 76 kaveling pekarangan dan rumah tempat bermukim warga terbagi ke dalam dua jajaran, yaitu barat 38 dan timur 38. Setiap kaveling memiliki ukuran 800-900 meter persegi memanjang dari barat ke timur. Jalan desa sebagai pemisah dipertahankan bebas dari kendaraan roda empat dan tidak menggunakan aspal tetapi paving block dan batu sikat. Bagian paling selatan adalah nista mandala atau “ruang bagi manusia yang telah meninggal” berupa tempat pemakaman penduduk desa.

Rumah setiap keluarga dalam setiap kaveling tampak hampir seragam semuanya, berada dalam pekarangan dan dibatasi oleh pagar tembok serta memiliki gerbang khas Bali sebagai pintu masuk. Setiap pekarangan mempunyai beberapa bangunan berupa ruangan tidur, ruangan tamu, dapur, balai-balai, lumbung dan tempat sembayang dalam rumah. Antara satu pekarangan dengan pekarangan lainnya terdapat jalan sempit yang menghubungkan keduanya. Bangunan berarsitektur tradisional dengan material tiang dari kayu dan atap yang khas berupa sirap bambu.

Penggunaan bambu yang cukup dominan tidaklah mengherankan karena 40% dari luas wilayahnya merupakan hutan bambu. Material untuk bangunan bisa diambil dari hutan ini, di samping juga untuk bahan barang kerajinan dan kebutuhan untuk ritual. Dari sisi ekologis, hutan bambu berfungsi vital untuk menahan erosi mengingat kondisi lahan desa yang miring.

Kemampuan mempertahankan penataan ruang dan bangunan secara tradisional di desa Penglipuran, menjadi suatu daya tarik tersendiri sehingga akhirnya tempat ini berkembang menjadi desa wisata. Kegigihan para penduduknya untuk memperjuangkan keaslian desa juga patut mendapat penghargaan, tidak mengherankan desa Penglipuran pernah memperoleh anugerah Kalpataru.

Desa adat Penglipuran berlokasi pada kabupaten Bangli yang berjarak 45 km dari kota Denpasar, Desa adat yang juga menjadi objek wisata ini sangat mudah dilalui. Karena letaknya yang berada di Jalan Utama Kintamani – Bangli. Desa Penglipuran ini juga tampak begitu asri, keasrian ini dapat kita rasakan begitu memasuki kawasan Desa. Pada areal Catus pata yang merupakan area batas memasuki Desa Adat Penglipuran, disana terdapat Balai Desa, fasilitas masyarakat dan ruang terbuka untuk pertamanan yang merupakan areal selamat datang.

Desa ini merupakan salah satu kawasan pedesaan di Bali yang memiliki tatanan yang teratur dari struktur desa tradisional, perpaduan tatanan tradisional dengan banyak ruang terbuka pertamanan yang asri membuat desa ini membuat kita merasakan nuansa Bali pada dahulu kala. Penataan fisik dan struktur desa tersebut tidak lepas dari budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat Adat Penglipuran dan budaya masyarakatnya juga sudah berlaku turun temurun.

Keunggulan dari desa adat penglipuran ini dibandingkan dengan desa-desa lainnya di Bali adalah, Bagian depan rumah serupa dan seragam dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa. Desa tersusun sedemikian rapinya yang mana daerah utamanya terletak lebih tinggi dan semakin menurun sampai kedaerah hilir. Selain bentuk depan yang sama, adanya juga keseragaman bentuk dari bahan untuk membuat rumah tersebut. Seperti bahan tanah untuk tembok dan untuk bagian atap terbuat dari penyengker dan bambu untuk bangunan diseluruh desa. Karena Desa Penglipuran terletak didataran yang agak tinggi, suasana terasa cukup sejuk. Selain suasana pertamanan yang asri tetapi juga sangat ramahnya penduduk desa terhadap tamu yang datang. Banyak wisatawan yang datang dapat menikmati suasana desa dan masuk kerumah mereka untuk melihat kerajinan – kerajinan yang penduduk desa buat. Sehingga untuk tinggal berlama lama disini sangatlah menyenangkan.Desa Adat Penglipuran ini termasuk desa yang banyak melakukan acara ritual, sehingga banyak sekali acara yang diadakan didesa ini seperti pemasangan dan penurunan odalan, Galungan dan lain-lain. Memang saat yang sangat tepat untuk datang kedesa ini adalah pada acara tersebut berlangsung, sehingga kita dapat melihat langsung keunikan dan kekhasan dari desa penglipuran ini. Walaupun anda tidak sempat datang pada saat acara tersebut diatas, anda dapat menikmati suasana desa pada sore hari. Karena pada saat sore umumnya penduduk desa keluar rumah setelah selesai melakukan aktifitas rutin mereka dipagi dan siang hari, merek keluar untuk berkumpul bersama-sama penduduk desa yang lain dan para pria pada saat sore hari mengeluarkan ayam jago kesayangan mereka dan tidak jarang mereka melakukan tajen/adu ayam tetapi tanpa pisau dikakinya. Sambil menunggu datangnya senja anda dapat menikmati Bubur Ayam diwarung Pak Made yang sangat bersih dan murah meriah dan berbaur bersama penduduk desa adat penglipuran merupakan pengalaman yang tidak akan dapat di lupakan. Desa adat Penglipuran merupakan satu kawasan pedesaan yang memiliki tatanan spesifik dari struktur desa tradisional, sehingga mampu menampilkan wajah pedesaan yang asri. Penataan fisik dan struktur desa tersebut tidak terlepas dari budaya masyarakatnya yang sudah berlaku turun temurun.

Keasrian Desa adat Penglipuran dapat dirasakan mulai dari memasuki kawasan pradesa. Pada areal `catus pata` setelah prosesi tersebut, merupakan areal tapal batas memasuki desa adat penglipuran. Balai masyarakat dan fasilitas kemasyarakatan serta ruang terbuka pertamanan, merupakan daerah selamat datang (welcome area). Areal berikutnya adalah areal tatanan pola desa, yang diawali dengan gradasi ke fisik desa secara linier ke arah kanan dan kiri.
Keunggulan dari desa adat Penglipuran ini terletak pada penampaan struktur fisik desa serupa dan seragam dari ujung utama desa sampai ke bagian hilir desa. Topografi desa tersusun sedemikian rupa dimana pada daerah utama desa kedudukannya lebih tinggi, demikian seterusnya menurun sampai daerah hilir. Keseragaman dari wajah desa tersebut disamping karena adanya keseragaman bentuk juga dari keseragaman bahan yaitu bahan tanah untuk tembok penyengker dan atap dari bambu untuk bangunan seluruh desa.

Jatiluwih Bali

03.39 Diposting oleh yuli hirayanti 1 komentar
Jatiluwih di Bali memang cocok untuk Anda yang ingin menikmati suasana pedesaan di Pulau Dewata Bali. Suasana yang tenang, asri, dan alami sangat berbeda dengan daerah perkotaan yang penuh keramaian. Tempat ini bisa menjadi tujuan wisata bagi Anda yang penat dengan kehidupan kota dan ingin menghilangkan kejenuhan. Terletak di daerah Penebel, Tabanan, Bali, Jatiluwih terkenal dengan panorama persawahannya. Jatiluwih merupakan daerah yang berdekatan dengan Gunung Batukaru dan terletak pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut. Oleh karena itu tidak mengherankan jika Anda akan menikmati udara sejuk saat berada disini.

Sawah Berteras dan Subak Bali

Jatiluwih memiliki pemandangan alam yang indah. Sebagian besar daerahnya merupakan daerah persawahan yang dibuat berundak (bertingkat) atau dikenal dengan sawah berteras khas Bali yang akan membuat Anda semakin mengangguminya. Daerah persawahan ini berbentuk teras dengan luas sekitar 636 hektar. Sawah ini menggunakan sistem pengairan subak yaitu sistem pengairan atau irigasi tradisional Bali yang berbasis masyarakat. Subak memiliki pura yang dibangun untuk dewi kemakmuran dan dewi kesuburan. Keunikan sawah berteras inilah yang membuat Jatiluwih dinominasikan masuk daftar UNESCO World Heritage sebagai warisan budaya dunia.


Sesekali, Anda juga akan melewati sungai, pura, atau rumah-rumah penduduk yang masih sederhana. Suasananya benar-benar menggambarkan suasana pedesaan yang damai. Untuk dapat menikmati panorama ini, Anda bisa menggunakan sepeda atau jika ingin merasakan sesuatu yang berbeda, Anda bisa menyewa sebuah mobil Volkswagen sambil menikmati pemandangan di kanan kiri anda. Suasana pedesaan ini telah menarik perhatian banyak para wisatawan dari dalam maupun luar negeri untuk mengunjungi daerah Jatiluwih ini.

Setelah puas menikmati panorama persawahan, Anda bisa menikmati santapan di salah satu restoran sepuasnya, karena restoran ini menyediakan makanan secara buffet sehingga Anda bisa mengisi perut sepuasnya. Sambil bersantap, Anda dapat pemandangan persawahan dan gunung yang ada di depan Anda, ini akan membuat perasaan Anda semakin rileks. Selesai makan, jangan lupa untuk menyempatkan diri untuk berfoto disana.


Permainan Air Di Jatiluwih



Daerah yang terdiri dari kata "Jati" dan "Luwih" yang berarti "benar benar indah" ini juga menyediakan permainan air yang bisa Anda nikmati. Setelah Anda memakai pelampung, helm, serta peralatan lainnya, anda dapat terus menuju tempat permainan dengan kembali menggunakan mobil Volkswagen. Permainan air berada di sebuah sungai yang dibendung aliran airnya. Anda akan menyusuri sungai dengan menggunakan sebuah ban pelampung. Anda hanya tinggal tidur diatas pelampung sambil menikmati pemandangan di kanan kiri anda, dan aliran sungai akan terus membawa Anda ke permainan selanjutnya, yaitu Anda akan bermain rafting atau arung jeram.

Setelah sampai di tempat rafting, Anda harus naik ke sebuah perahu karet yang berkapasitas 2 orang. Seorang pemandu akan ikut dalam perahu karet dan bertugas untuk mendayung. Dalam perahu karet, Anda akan merasakan air sungai yang akan menghantam Anda sepanjang sungai yang disusuri. Selesai dengan perahu karet, Anda akan naik jeep off the road kecil untuk kembali ke restoran. Bila Anda ingin lebih menikmati panorama dan merasakan perjalanan off road, Anda sebaiknya duduk di bagian depan jeep agar bisa lebih leluasa melihat sekeliling dan merasakan perjalanan Anda. Bila Anda ingin melupakan sejenak rutinitas perkotaan, suasana pedesaan Jatiluwih di Bali siap menyambut Anda.




GWK ( Garuda Wisnu Kencana )

03.23 Diposting oleh yuli hirayanti 0 komentar


Terletak diatas dataran tinggi batu kapur padas dan menatap kawasan wisata dipesisir selatan Bali, Garuda Wisnu Kencana Cultural Park adalah jendela seni dan budaya Pulau Dewata yang memiliki latar belakang alami serta panorama yang sangat mengagumkan. Dengan jarak tempuh 15 menit dari Pelabuhan Udara dan kurang dari satu jam dari lokasi perhotelan utama, GWK menjadi salah satu tujuan utama untuk berbagai pertunjukan kesenian, pameran dan konferensi ataupun kunjungan santai bahkan kunjungan spiritual

Kawasan seluas 250 hektar ini merangkum berbagai kegiatan seni budaya, tempat pertunjukan serta berbagai layanan tata boga. Sebagaimana istana-istana Bali pada jaman dahulu, pengunjung GWK akan menyaksikan kemegahan monumental dan kekhusukan spiritual yang mana kesemuanya disempurnakan dengan sentuhan modern dengan fasilitas dan pelayanan yang tepat guna. Kendatipun anda datang sebagai bagian dari ribuan pengunjung sebuah event kebudayaan ataupun seorang diri untuk menikmati sekedar hidangan ringan dan minuman sembari menyaksikan matahari terbenam, anda akan merasakan keindahan alam dan budaya Bali serta keramah-tamahan penduduknya.




Perwujudan Modern Sebuah Tradisi Kuno

Wisnu - Simbol Hindu yang melambangkan kekuatan utama pemelihara alam semesta yang mendominasi kawasan ini. Diwujudkan sebagai patung berukuran raksasa terbuat dari kuningan dan tembaga dengan ketinggian mencapai 22 meter, menjadikan figur ini sebagai perwujudan modern sebuah kebudayaan dan tradisi kuno. Wujud yang menyertainya adalah Garuda - seekor burung besar yang menjadi kendaraan Dewa Wisnu sebagai perlambang kebebasan sekaligus pengabdian tanpa pamrih.



Gapura Batu - beberapa buah pilar batu cadas alami setinggi 25 meter yang berdiri kokoh yang akan ditatah dengan berbagai ornamen yang diambil dari kisah dramatis Ramayana yang menjadi sumber inspirasi seni pertunjukan Bali. Pahatan ukiran latar belakang relief bercorak seni pahat pewayangan (Kayon atau Gunungan) yang sangat khas Bali dan Jawa




Sebuah lokasi kunjungan spiritual

Berdekatan dengan patung Dewa Wisnu terdapat Parahyangan Somaka Giri, sebuah mata air keramat darimana mengalir air yang dengan kandungan mineral-mineral utama. Keberadaan air di puncak bukit kapur padas ini memang merupakan sebuah keajaiban dan belum dapat dijelaskan dengan ilmiah, sehingga menjadikannya tempat kunjungan spiritual dan meditasi.

Air tersebut dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan telah dipergunakan luas dikalangan penduduk setempat dalam upacara memohon hujan guna mendapatkan panen yang baik. Keberadaan Parahyangan Somaka Giri sangat menggugah naluri seseorang dalam mencari pencerahan pikiran, lahir dan batin



Tempat Untuk Berbagai Kesempatan


Dengan curah hujan yang relatif rendah namun terbuka untuk dapat menikmati hembusan angin tropis, Fasilitas yang dimiliki GWK menjadi sangat ideal. Amphitheatre dengan kapasitas 800 tempat duduk dan tatanan acoustic kelas satu, merupakan tempat yang tak tertandingi untuk pagelaran seni budaya. Lotus Pond yang dikelilingi pilar-pilar batu cadas serta latar belakang patung kepala Burung Garuda menjadikan areal berkapasitas 7500 orang ini sangat dramatis untuk berbagai perhelatan akbar. Sebagaimana arena upacara desa-desa di Bali, Street Theatre merupakan tempat yang sangat tepat untuk berbagai prosesi, fashion show dan berbagai pertunjukan bergerak. Tempat untuk beramah-tamah yang ideal adalah Plaza Kura-kura, yang memiliki kapasitas sampai 200 orang. Sebagai tambahan, yang terbuka untuk umum, Exhibition Gallery yang memiliki luas 200m2 terdapat 10m2 halaman terbuka di dalamnya.

Santap Malam Dibawah Naungan Bintang



Sejumlah cafe dan restaurant menyediakan layanan tata boga yang lengkap, dari makanan kecil, hidangan ringan hingga banquets. Layanan On-site catering yang tersedia mampu melayani hingga 2000 porsi, dengan berbagai hidangan indonesia, Oriental atau hidangan International yang dapat disesuaikan dengan tema dan lokasi tertentu.